Monday, April 29, 2013

Interpretasi Keberagaman Warna di Jalur Sutra oleh Sebastian Gunawan

“La Route De La Soie” oleh Sebastian Gunawan. Model: Drina Ciputra

Jalur Sutra atau yang dalam bahasa Prancis dapat diartikan sebagai “La Route De La Soie”, menjadi tajuk sekaligus inspirasi utama Seba pada peragaan busananya Jum’at sore (25/01). Menghubungkan lalu lintas perdagangan darat antara Asia danEropaSeba seolah melakukan napak tilas Jalur Sutra dan melakukan eksplorasi di empat titik perhentian Jalur Sutra. Empat titik yang lantas diwujudkan pada empat sekuens peragaan busana La Route De La Soie” yang menampilkan total 75 busana teranyar Seba untuk koleksi Imlek di tahun 2013 ini.

“La Route De La Soie” oleh Sebastian Gunawan. Perjalanan panjang jalur sutra dimulai di Negeri Tirai Bambu. Model: Renata Kusmanto

“La Route De La Soie” oleh Sebastian Gunawan. Sensualitas dan Glamoritas perempuan Shanghai tahun 20an. Model: Paula Verhoeven.

“La Route De La Soie” oleh Sebastian Gunawan. Model: Marcella Tanaya.

Negeri Tirai Bambu menjadi titik tolak penelusuran Seba di Jalur Sutra. Pada titik awal ini, Seba menyerap inspirasi dari sosok perempuan di kota Shanghai era 1920-an yang menyimpan daya tarik sensualitas yang begitu besar. Aura sensual yang melekat pada sosok perempuan Shanghai lalu ia terjemahkan lewat gaun-gaun cheongsam yang terlihat mewah nan elegan dalam siluet feminin. Dominasi warna merah marun, hitam, coklat dan emas dibubuhkan Seba pada rangkaian koleksinya di sekuens pertama. Permainan detil renda klasik, taburan payet dan bebatuan pun semakin menyumbangkan kesan mewah yang abadi pada keseluruhan koleksi di sekuens pertama.

“La Route De La Soie” oleh Sebastian Gunawan. Perjalan di negeri Matahari Terbit. 
Model: Tiara Westlake


“La Route De La Soie” oleh Sebastian Gunawan. Perjalan di negeri Matahari Terbit. Model: Mischa Jeter

Perjalanan berlanjur semakin ke arah Timur benua Asia. Negeri Matahari Terbityang selalu dipenuhi bunga Sakura pada musim semi jadi titik perhentian kedua dalam penelusuran Seba di Jalur Sutra. Helaian kain obi sutra Nishijin-Ori yang ditenun di kota Kyoto dan memiliki warna cerah serta tekstur lembut, diolah dalam rancangan bergaris geometris. Menyelipkan unsur Harajuku yang sangat modern melalui bahan berwarna neon, pada sekuens kedua ini Seba banyak menampilkan gaun-gaun pendek yang kaya akan permainan volume dan detil. Gaun pendek yang dibuat menggembung pada bagian pinggul kebawah, detil bunga-bunga kecil, bagian atas busana yang diberi frog clousure atau kancing China, serta beberapa padupadan dengan bolero bertekstur kaku yang semakin memperkaya tampilan busana.

Bahan beludru mewah yang biasa diaplikasikan dalam warna-warna gelap ditransformasikan Seba dalam warna cerah dan motif eksotis yang khas. Kemunculan aneka kain tenun Uzbekistan yang berwarna-warni lalu jadi pertanda perjalanan di Jalur Sutra tiba di dataran Asia Tengah. Kain tenun khas Uzbekistanyang memiliki warna-warna cerah dengan corak dan cara pembuatan serupa tenun ikat khas Nusa Tenggara ini dikombinasikan Seba pada gaun model cheongsamberpotongan feminin yang memiliki siluet agak longgar di tubuh. Detil permainan bidang bahan tampak terlihat, gradasi warna serta motif yang tampak rumit namun indah memperkuat kesan grafis dari bahan tersebut.

Napak tilas Seba tiba di titik keempat, titik terakhir dalam perjalanannya menelusuriJalur SutraEropa. Nuansa feminin nan elegan khas Roma, serta kesan mewah dan high-fashion khas Paris melebur pada sekuens akhir peragaan busana “La Route De La Soie”. Siluet cheongsam yang khas berpadu dengan detil kemewahan dari motif-motif berwarna emas dan metalik terasa sangat memukau. Penggunaan bahan lace, sequin, serta banyak bordiran benang metalik kemudian semakin mempertegas keseluruhan koleksi pada sekuens penutup “La Route De La Soie”.*
* Tulisan ini juga dimuat di beritafesyen.com
* Seluruh foto: Arselan Ganin

No comments:

Post a Comment